Seringnya musibah banjir yang kerap melanda wilayah gresik memicu dua siswa Sekolah Menengah Kejuruan 01 Muhammadiyah, di Kecamatan Bungah, Gresik – Jawa Timur, untuk membuat alat digital pendeteksi datangnya banjir (19/12/2011). Keduanya yakni, Mohammad Faizal Zulmi dan Halwi Yudiapratama. Mereka adalah siswa kelas satu, jurusan teknik elektro industri.
Prinsip kerja alat ini adalah menghubungkan beberapa elemen elektronik, dengan media komonikasi berupa handphone. Diantara komponen yang di butuhkan yakni, micro control, selang pipa, kabel, modem, lampu, speaker alarm, serta beberapa alat pendukung lainnya.
Proses pembuatan alat ini memakan waktu hingga tiga bulan. Lamanya pembuatan alat ini, dikarenakan harus memasang alat micro yang disimpan didalam pipa kecil, sebagai tiang kontrol ketinggian air. Didalam pipa, terdapat empat buah alat micro control untuk menunjukkan tanda siaga satu, hingga siaga empat.
Alat tersebut kemudian dimasukkan kedalam pipa plastik.sementara diluar pipa, di tambahkan gabus yang didalamnya terdapat elemen magnet, untuk mempengaruhi mikro kontrol yang ada didalam pipa. Gabus yang melingkar diluar pipa, akan naik turun mengikuti ketinggian air.
Saat gabus naik, maka magnet didalam gabus akan mempengarui, micro kontrol dan selanjutya lampu indikator akan menyala, yang juga di ikuti oleh terkirimnya informasi tingkatan siaga melalui modem. Informasi tersebut akan terkirim ke sejumlah nomor hp yang sudah di program.
Untuk siaga empat, ketiga lampu indikator baik yang warna hijau, kuning maupun merah, akan padam, tetapi akan menghasilkan bunyi alarm yang keras sebagai tanda bahaya. Informasi melalui pesan singkat, akan sampai ke nomor tujuan secepat mungkin. “Nomor HP yang di kirimi pesan adalah tokoh masyarakat pengambil kebijakan seperti Bupati, Camat, Lurah, Dandim Dan Kapolres”, ujar Mohammad Faizal Zulmi, pembuat alat detektor banjir via SMS.
Rangkaian alat sederhana seharga kurang lebih 500 ribu rupiah ini tidak bisa langsung di letakkan di bibir sungai agar tidak rusak, melainkan diletakkan beberpa meter sekitar bibir sungai, dengan menggunakan pipa sebagai media penghubung.
Kedua siswa ini berharap, dengan alat pendeteksi dini banjir ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama yang tinggal dikawasan rawan bencana, seperti sekitar sungai Bengawan Solo.