Jika anda termasuk penghobi otomotif, tidak salah jika anda mengkoleksi berbagai merek motor kuno. Selain unik, klasik, dan memiliki nilai sejarah, motor kuno memiliki nilai ekonomis tinggi karena bisa menghasilkan uang Ratusan Juta Rupiah.
Bermula dari suka dengan motor kuno, akhirnya Ahmad Saefullah warga Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kudus, Jawa Tengah, mulai berburu dan mengkoleksi motor-motor kuno, dari berbagai belahan dunia. Mulai dari Jakarta, Singapura, Amerika, Jerman, bahkan hingga ke kawasan Timur Tengah pun ia rela untuk mendapatkan motor kuno yang di inginkannya.
Berbagai merk motor buatan Jerman, Amerika, Eropa, seperti Ariel, BSA, Smechless, Norton Azs, BMW, BSA, Honda, DKW, Sunbeam, Mz Shark, Obilet, sampai Vespa pun dikoleksinya.
Untuk perawatan, Saefullah harus menghabiskan uang hingga jutaan Rupiah. Service berkala, maintenance alat serta tune up motor pun tidak sembarangan dilakukan. Ia bersama teman sesama pengkolektor motor kuno pun saling berbagi teknik perawatan motor kuno agar awet dan dapat berjalan seperti saat pertama diproduksi.
Untuk mendapatkan sparepart motor motor kuno koleksinya, Saefullah mencari ke sesama kolektor, barter atau berburu onderdil hingga hingga ke negara tempat motor kuno ini diproduksi.
Memang tidak mudah untuk mencari sparepart motor kuno ini. Namun, berkat saling tukar informasi sesama kolektor dari berbagai penjuru negeri bahkan luar negeri, Saefullah tidak kesulitan mendapatkannya.
Kini koleksi saefullah menjadi incaran para penggemar motor kuno yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Solo, bahkan mancanegara, seperti Jerman, Belgia. Setiap bulan dua hingga empat motor laku terjual.
Soal harga motor bervariasi, antara 20 Juta sampai 500 Juta Rupiah. Tentunya nilai keunikan, sejarah dan peninggalan tokoh penting, turut menaikkan harga motor kuno ini. Dari hobi mengkoleksi motor kuno tersebut, Saefullah bisa menjadikannya sebagai ladang bisnis. Setiap bulan puluhan juta dihasilkan dari menjual koleksi motor kunonya.