Siapa bilang budidaya jamur hanya bisa dilakukan di daerah dataran tinggi dengan suhu dan kelembaban udara tertentu saja? Seorang warga di kota Binjai, Sumatera Utara berhasil membudidayakan jamur di dataran rendah yang bersuhu tinggi dan kelembaban rendah pula.
Lokasi budidaya jamur tiram, milik Feri siregar di kota Binjai, sumatera utara, sudah berkembang sejak setahun lalu. Padahal, Binjai tergolong kawasan dataran rendah serta memiliki suhu panas normal antara 24 hingga 32 derajat celcius.
Proses budidaya jamur tiram milik Feri, tidak ada bedanya budidaya jamur tiram di tempat dataran tinggi. Budidaya jamur tiram ini juga menggunakan media tanam yang terdiri dari limbah gergajian kayu, dicampur dedak halus, kapur dolomit dan air.
Bedanya dengan budidaya di dataran rendah, air yang digunakan adalah air fermentasi hasil campuran mikro organisme dan gula. Hal ini untuk mengurangi munculnya jamur-jamur lain yang berpotensi tumbuh dalam media tanam.
Media tanam ini kemudian di diamkan selama tiga hari, kemudian dikukus selama 18 jam. Barulah media tanam ini dimasukkan ke dalam plastik dibentuk seperti polibag dan siap untuk diberi bibit jamur tiram.
Untuk menambah kelembaban ruang inkubasi, Feri menggenangi lantai tempat produksi dengan air hingga setinggi mata kaki. Dalam jangka waktu 15 hari di ruang produksi, jamur akan mulai terlihat keluar dari mulut-mulut polibag.
hingga saat ini, Feri baru memiliki lebih dari seribu polibag, dengan produksi 30 kilogram jamur tiram per harinya, yang di jual dengan harga 35 ribu rupiah, setiap kilogramnya .
Keterbasan dana, cukup menyulitkan Feri dalam mengembangkan usaha budidaya jamurnya, sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan untuk kota Binjai dan medan .
Jika anda tinggal di tempat dataran rendah dengan suhu tinggi dan kelembaban rendah, namun ingin berwira usaha, ada baiknya anda memperhitungkan bisnis jamur tiram ini.