Limbah alam tidak selamanya menjadi sampah. Di tangan perajin seni asal Temanggung Jawa Tengah, limbah alam berupa pelepah bambu atau clumpring yang tidak berguna dan menjadi sampah, disulap menjadi seni lukis tinggi. Tidak tanggung-tanggung, clumpring dilukis bukan dengan tinta atau cat, namun dengan obat nyamuk bakar.
Kejelian Ronald Titaley (45th) seorang seniman asal Kelurahan Banyuurip, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, patut dicontoh. Limbah kulit bamboo atau clumpring, yakni kulit bambu yang telah rontok dan menjadi sampah, dapat dimanfaatkan menjadi karya seni bernilai artistik tinggi.
Clumpring dijadikan sebagai media lukis untuk menggantikan fungsi kanvas. Sebab, Ronald memang tidak menggunakan kuas ataupun cat, namun menggunakan bara api obat nyamuk bakar. Caranya, clumpring yang telah digambari sketsa, kemudian disundut dengan bara api obat nyamuk. Hasilnya, warna coklat clumpring berpadu dengan warna hitam bara api, hingga tampak indah alami.
Dengan menggunakan tehnik bakar yang dihasilkan dari bara obat nyamuk itu, Ronald justru mampu menghasilkan bermacam karya lukis seperti pemandangan alam, wajah seseorang dan kaligrafi serta logo-logo lainnya tergantung pesanan.
Ronald sebenarnya baru satu tahun setengah mencoba berkreasi dengan media clumpring dan bara api obat nyamuk. Idenya berawal saat melihat banyak clumpring yang berserakan menjadi sampah. Setelah disundut dengan rokok, ternyata dapat menghasilkan warna alami, hingga terbesit ide untuk melukis dengan media clumpring tersebut.
Dalam sehari, Ronald mampu menghasilkan satu buah lukisan dengan harga antara 25 Ribu hingga 50 Ribu Rupiah tergantung jenis lukisan dan tingkat kesulitan dalam melukisnya.
Hingga saat ini pemasaran hasil lukisannya hanya di sekitar kota Temanggung saja. Ronald mengaku kualahan dengan banyaknya pesanan dari luar kota, karena sepenuhnya lukisan itu dia kerjakan sendiri akibat sulitnya mencari tenaga pembantu yang terampil dan ulet.