SENI KREASI BERBAHAN KULIT BUAH MAJA



Ingatkah anda dengan buah maja dalam legenda asal muasal Kerajaan Majapahit? Ya, ternyata buah yang memiliki rasa pahit tersebut, bisa di kembangkan menjadi bahan baku utama kerajinan yang banyak di suka masyarakat.

Di studio Seni Wasesa di Bandar Lampung, Pulung Swandaru sudah sibuk menyiapkan sejumlah peralatan kerjanya. Sudah beberapa bulan ini, kepala museum Lampung itu sibuk berkreasi dengan berbagai idenya yang kreatif. Yang menjadi bahan kreasinya adalah kulit buah maja atau lebih terkenal dengan sebutan Berenuk. Orang Lampung menyebutnya Tabau Kayau. Sementara ada juga menyebutnya sebagai Labu Kayu.

Di tangan pria 57 tahun itu, buah yang menjadi legenda asal nama Kerajaan Majapahit itu dibuat menjadi beberapa alat kerajinan. Mulai dari topeng, replika serangga, hingga alat musik.

Pulung membuat semua alat kerajinan itu di studio yang juga merangkap sebagai rumahnya. Untuk mempermudah kerja, Pulung memilih buah maja yang sudah dibersihkan dan dikeringkan. Harganya murah, hanya 1.500 Rupiah per buah. Harga buah maja yang masih mentah lebih murah, hanya 500 Rupiah per buah.

Buah yang tergolong dengan warna kulit luar hijau tetapi isinya berwarna kuning atau jingga tersebut, tergolong buah langka. Pulung mendapatkannya dari luar Bandar Lampung. Antara lain dari Lampung Selatan, Pesawaran dan Tanggamus.

Dibutuhkan waktu hingga 3 hari untuk membuat sebuah alat musik dari buah tersebut. Kulit buah maja yang sudah dikeringkan dibelah, kemudian ditutup dengan triplek. Agar menghasilkan resonasi, triplek dilubangi. Agar halus, kulit buah maja yang sudah ditutupi triplek diamplas hingga halus.

Kemudian, berdasarkan pola, Pulung menyusun besi kecil yang sebagai alat pemetik. Supaya indah, kulit buah maja dilukis. Penggunaan kulit buah maja sebagai alat kesenian, tentu memiliki alasan tersendiri. Selain bernilai sejarah, kulit buah maja lebih kuat dan tahan lama.