Lentera atau lampu tradisional yang mengandalkan cahaya api dan syarat dengan nilai tradisi memang secara artistik, memiliki keterkaitan tersendiri dengan mozaik umat islam. Sesuai namanya, lampu tradisional tersebut dibuat kampung Gentur, desa Jambu Dipa, Kecamatan Warung Kondang, Cianjur, Jawa Barat, sekitar 10 KM dari pusat kota Cianjur.
Lentera Gentur, begitu orang menyebutnya, awalnya merupakan kebutuhan yang biasa diperlukan para santri dalam aktivitas belajar mengaji. Mereka selalu menggunakan lentera, untuk keperluan penerangan saat mengaji ilmu agama yang biasa mereka lakukan pada saat malam hari. Penggunaan lentera gentur itu terus di lakuka sampai kemudian masuk instalasi listrik ke pesantren-pesantren di Cianjur.
Belakangan, lentera yang terbuat dari kuningan dan kaca berwarna tersebut dimodifikasi dan diciptakan dalam berbagai bentuk dan ukuran, serta sedikit sentuhan seni artistik. Tak heran, bila lampu nostalgia tersebut, dibuat secara turun temurun hingga menjadi salah satu souvenir khas kota Cianjur.
Proses pengerjaannya dilakukan secara sederhana. Mula-mula, potongan kaca dicat dengan cara disemprot. Setelah itu diberi rangka alumunium dan dipatri. Lampu hias yang dihasilkan bermacam–macam sesuai dengan pesanan. Ada yang berbentuk bulat, ada juga yang berbentuk persegi.
Untuk harganya bervariasi, mulai harga Dua Ratus Ribu Rupiah hingga Satu Juta Rupiah, tergantung bentuk dan kualitas seninya.
Karena harganya yang mahal dan pembuatan lentera cukup ulet, menjadikan lentera Gentur hanya dibeli kelompok tertentu saja yang masih mencintai benda yang terbuat dari kuningan dan kaca ini.
Untuk pembuatannya, tergantung bentuk dan besarnya lampu lentera. Rata-rata pembuatan lampu lentera Gentur, memakan waktu satu hingga empat hari.
Para pengrajin, memasarkannya ke daerah wisata, seperti Bali dan tempat wisata lainnya di Indonesia serta tak jarang mendapat order dari Mancanegara.