SAMBUT 1 MUHARRAM DENGAN TARI MAYANG MADU



Seni tari Mayang Madu kembali tampil dalam rangka memperingati satu muharam 1433 Hijriyah di depan Pendopo Lokakantra Lamongan Jawa Timur(26/11/2011.) Seni tari khas Lamongan tersebut, pernah meraih nominasi terbaik dalam event tari tingkat Nasional.

umumnya. Tarian yang diperagakan lima pelajar sekolah menengah pertama tersebut, memperlihatkan lenggak lenggok penari secara jelas, mulai dari gerakan kepala, tangan maupun kaki. Meski demikian, tari ini mudah di tiru sehingga sangat di suka warga.

Seni tari Mayang Madu sering di tampilkan dalam rangka memperingati hari-hari besar agama Islam, karena memiliki nuansa sejarah gambaran perjalanan penyebaran Islam yang dilakukan Sunan Drajat di wilayah Lamongan.

Tari Mayang Madu mempunyai konsep Islami dan tradisional, karena tari Mayang Madu di ilhami dari kegigihan syiar agama Islam di Lamongan yang disebarkan oleh Sunan Drajat dengan cara menggunakan gamelan sebagai medianya. Gamelan Sunan Drajat terkenal dengan sebutan gamelan "Singo Mengkok".

Nama Mayang Madu sebenarnya adalah gelar Sunan Drajat yang di berikan Raden Patah pada 1484 Masehi. Untuk mengenang jasa perjuangan Sunan Mayang Madu, maka tarian khas Lamongan ini disebut dengan tari Mayang Madu, agar masyarakat tergugah hatiya untuk tetap meneruskan perjuangan Sunan Mayang Madu dalam menyebarkan agama Islam.

Tak hanya itu, tari warisan Sunan Drajat ini juga menggambarkan seruan melaksanakan shalat wajib lima waktu. Oleh karena itu, tari ini biasanya di perankan oleh lima penari yang menggambarkan shalat lima waktu, meski terkadang juga di perankan oleh banyak penari secara kolosal.

Sebagai penutup, tibanya tahun baru Islam 1433 Hijriyah, di tandai dengan pelepasan burung dara dan balon berjumlah 1433 buah, tepat pada saat terbenamnya matahari.

Peringatan satu muharam 1433 Hijriyah di Lamongan, juga di ramaikan dengan berbagai kegiatan. Seperti pawai ta’aruf, festival makanan halal, hingga festival busana muslim.