SENI UKIR PELURU BEKAS YANG BERNILAI EKONOMIS


Ditangan seorang seniman, benda yang di anggap tidak berharga, bisa berubah menjadi kerajinan seni yang bernilai ekonomi tinggi. Seperti yang di lakukan Made Sumerta, perajin kuningan asal Desa Kamasan Kelungkung Bali, selongsong bekas peluru yang notabene benda berbahaya sisa perang di rubah menjadi benda seni yang bernilai ekonomi tinggi.

Di studio seni di rumahnya, Made Sumerta menekuni seni ukiran dari kelongsong peluru. Tangannya yang terampil serta kreatifitas seni yang dimilikinya mampu menyulap benda menakutkan tersebut menjadi kerajinan yang indah dipandang mata.

Berbagai ukuran peluru bekas mulai dari panjang 1,20 meter, 60 Centimeter, hingga 40 Centimeter mampu di sulap menjadi kerajinan seni. Proses pertama pembuatan dengan membakar bahan baku guna mempermudah pemuaian. Selanjutnya adalah menggambar pada bahan baku tersebut untuk diukir. Memasuki tahap penyelesaian, peluru yang sudah diukir dicuci dan disikat dengan air asam.

Menyematkan seni ukiran klasik khas kamasan yang terpahat rapi pada bagian luar peluru menjadi ciri khas seni kerajinan kuningan ini. Tema ukiran biasanya diambil dari cerita tokoh pewayangan Ramayana hingga Mahabarata.

Harganya pun beragam. Untuk ukuran 1,20 di jual dengan harga 2 Juta Rupiah, ukuran 60 Centimeter berharga 800 ribu, dan ukuran 40 meter di bandrol harga 400 Ribu Rupiah.

Bahan baku berupa selongsong peluru, tidak sulit di dapat. Melalui sejumlah kenalannya di Surabaya dan Malang, Sumerta mendatangkan bahan baku yang didapatkan dari sisa latihan Prajurit.

Menggeluti seni kerajian selongsong peluru juga sangat beresiko. Pernah dua kali masuk Rumah Sakit lantaran tersambar ledakan sisa pembakaran kelongsong peluru. Lempengan bubuk mesiu yang masih tersisa meledak tanpa disadari menyambar lutut kanannya.