KERAMBA KEPITING, PROFESI TERBARU PETAMBAK


Bencana pasang air laut atau rob, tidak cuma merusak lahan tambak namun juga mematahkan semangat para petani untuk tetap bekerja menghidupi keluarga. Guna mengembalikan semangat hidup, para tambak di Pekalongan Jawa Tengah, mulai membudidayakan kepiting dengan sistem karamba. Ternyata hasilnya lumayan.

Para petani tambak yang terkena genangan air pasang ini praktis tidak bisa mengolah tambaknya. Sementara jika dipaksa untuk beternak bandeng atau udang, hasilnya sering nihil. Para petani tambak di desa jeruksari kecamatan panjang baru kota pekalongan misalnya, memmbuat keramba kepiting sejak satu tahun lalu

Usaha penggemukan kepiting dalam keramba, dilakukan oleh para petani untuk menjawab tantangan alam di wilayah tersebut. Selama ini para petani di wilayah tersebut memelihara bandeng dan udang sebagai sumber penghasilan.

Namun dari waktu ke waktu, kondisi alam semakin kurang bersahabat dengan para petani. Rob dari laut semakin tinggi, sehingga merusak tambak dan menghanyutkan bandeng-bandeng di dalamnya.

Kerugian yang dialami petani mencapai sekitar ratusan juta rupiah, dengan asumsi dari satu hektar tambak diperoleh hasil 2 Juta Rupiah, dengan luas lahan tambak mencapai 150 hektar.

Menurut para petani, dengan dimasukkan dalam keramba, kepiting aman dari ancaman rob. Selain itu, pembuatan keramba kepiting juga untuk mengatasi penurunan harga bandeng yang terjadi terus menerus.

Usaha keramba kepiting yang dilakukan petani tambak ini merupakan usaha penggemukan. Kepiting yang dimasukkan dalam keramba merupakan kepiting yang sudah cukup dewasa, atau berusia sekitar dua hingga tiga bulan.

Kepiting tersebut diperoleh dari para pencari kepiting di wilayah pesisir Kabupaten Pekalongan, seharga 25.000 Rupiah per kilogram. Saat dimasukkan dalam keramba, rata-rata satu kilogram berisi lima ekor kepiting.