Nova BF Andalkan 'Cerewet'

DALAL MUSLIMIN
PIALA - Abdul Sholeh dan kedua anaknya saat memegang beberapa piala kejuaraannya.

Nova BF Andalkan 'Cerewet'

BATANG - Nova Bird Farm (Nova BF) milik Abdul Sholeh (54) yang berlamat di Jalan RE Martadinata, Dukuh Pejintenan Kelurahan Karangasem Selatan Gang Tengiri nomor 11 Batang, mengandalkan materi indukan perkutut 'Cerewet' yang sudah memiliki segudang prestasi.
Pak Dul, panggilan akrabnya, menerangkan, jika 'Cerewet' memiliki aliran darah dari indukan betina Elok Bandung dan jantan Leo Bandung. Sehingga memiliki garis keturunan yang jelas serta memiliki kualitas yang tidak diragukan lagi. "Sebelumnya 'Cerewet' menjadi juara 2 dewasa bebas dalam latber Korda Indramayu Jawa Barat pada 2 Oktober 2005," ujarnya.
Pantas saja, jika dengan materi indukan tersebut bisa menghasilkan anakan yang juga menjadi jawara. Seperti anakan yang pertama, pernah juga menjadi juara 3 di Salatiga dan saat berlaga di Batang menjadi juara 1 tahun 2006.
Sementara itu, 'Cerewet' yang memiliki suara khas itu, pernah ditawar orang Indramayu hingga Rp 15 jutaan. Namun demikian, dirinya tidak melepaskannya, karena sudah berencana untuk menjadikannya sebagai indukan unggulan. "Ini tidak saya lepas karena untuk bibit," imbuhnya.
Dikatakan, Nova BF sudah berdiri sudah 5 tahunan kemarin, yang kini memiliki 23 pasang materi indukan. Awal mulanya Pak Dul sudah menyukai perkutut sejak masih di bangku SMA. Selanjutnya, dia menekuni dalam usaha jual beli burung perkutut sekira tahun 1977/1978 di pasar burung Batang.
Kemudian, dia yang asli Rembang itu menetap di Batang karena mempersunting Kholisah yang asli Batang. Dari perkawinannya itu, dikaruniai 3 anak, yakni M Ali Khadafi MA, Lindasari Ningsih dan M Nova Mustofa. "Nah, nama Nova BF itu diambil dari nama anak saya yang ketiga," ungkapnya.
Disamping 'Cerewet', Pak Dul yang juga Ketua Korda P3SI Batang itu, pernah menjuarai iven di Brebes sebagai juara 4 dengan perkututnya yang diberi nama 'Saritoga'. Pernah pula menjadi juara IX Presiden Cup di kelas piyik yunior di Yogyakarta 23-24 Juni 2007. "Yang juara 'Gading Emas' dan sudah dibeli orang Kedungwuni," tambah anaknya M Ali Khadafi yang turut mendampingi Pak Dul. Sementara itu, dalam Kamandaka Cup XXVII, Pak Dul menjadi juara IX untuk Yunior di Purwokerto 2-3 Juli 2005 lalu.
Pak Dul yang berbisnis perkutut itu, mematok harga mulai dari Rp 50 ribuan hingga jutaan per ekornya, untuk kelas rumahan di bandrolnya Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribuan, serta untuk kelas lapangan sekitar 1 jutaan, tergantung dari kualitas suara burung itu sendiri.
Menurutnya, dalam berternak perkutut tidak bisa diprediksi hasil anakannya. Semuanya tergantung keberuntungan saja. "Namun utamakan betina yang bagus, jika anaknya ingin yang bagus," lanjutnya.
Dirinya berharap kepada P3SI Korda Batang agar semakin banyak aktif dengan mengajak anggota-anggota baru untuk melestarikan dan menyayangi perkutut karena kini semakin langka di alam bebas. "Disamping itu yang penting regenerasi. Serta cita-cita memiliki gantangan sendiri yang belum ada," pungkasnya. (dalal)