Burung Pentet Masih Ngetrend

MUHAMMAD FAHMI B
RAMAI - Pasar Burung Podosugih terlihat ramai oleh pengunjung.

Burung Pentet Masih Ngetrend

PEKALONGAN - Merdunya kicauan Burung Pentet menjadikan burung yang satu ini menjadi trend nomor wahid bagi para penghoby burung kicauan. Tak ayal masyarakat Kota Batik sekarang ini rajin berburu untuk mendapatkan atau membeli burung berbuntut panjang tersebut.
Salah satu pedagang burung di Pasar Podosugih saat ditemui Radar, Jumat (15/4) siang, Aden mengungkapkan sekarang ini masyarakat Kota Batik sedang condong ke arah Burung Pentet. Hal tersebut dikarenakan penyuka burung itu, semakin meningkat dan bertambah.
"Sekarang ini trend masyarakat menyukai burung pentet. Burung itu semakin dilirik karena sering mengikuti lomba-lomba atau kontes-kontes. Untuk perawatannya pun saya anggap mudah bila dibandingkan dengan burung-burung kicauan lainnya," tandasnya.
Ketika disinggung mengenai trend burung pentet mempengaruhi harga, maka Aden mengatakan selama ini belum ada kenaikan harga secara signifikan atau dengan kata lain masih stabil. Jumlah dipasaran juga masih banyak. Untuk harga burung pentet yang sudah gacor mencapai Rp 700.000 - Rp 1 juta.
"Harganya masih stabil kok, kalau memang sudah jadi alias bocor alias gacor bisa mencapai hingga jutaan bahkan belasan juta. Namun di tempat saya harga masih terjangkau mencapai Rp 700.000 hingga Rp 1 juta. Sedangkan untuk bakalan burung pentet saya patok harga Rp 50.000 saja," jelasnya.
Aden menambahkan untuk memelihara dan sekaligus membuat Burung Pentet yang masih bakalan menjadi Pentet unggulan tidak perlu waktu yang lama, hanya sekitar 2-3 bulan. Namun memerlukan trik-trik khusus bagi para pemiliknya. "Sebenarnya mudah saja, untuk menciptakan Burung Pentet menjadi burung kualitas juara. Caranya dengan memberikan pakan dan memberikan nutrisi yang terbaik dan bergizi. Dengan begitu burung menjadi sehat dan tidak rentan terhadap penyakit. Yang penting telaten saja memelihara burung," ujarnya.
Keramaian pasar burung Podosugih ternyata tidak diimbangi dengan perbaikan sarana dan prasana yang menunjang. Hal ini membuat pedagang maupun pengunjung merasa tidak nyaman. Salah satu pengunjung yang enggan dikorankan mengaku untuk masuk atau melintas harus sangat hati-hati, pasalnya disamping becek juga pemandangan menjadi kumuh. (ap10)