BATIK TULIS REMUK, KHAS DAN UNIK



Batik remuk, dari namanya saja sudah terdengar unik dan mengundang tanda tanya. Kerajian asli pekalongan sudah sudah lama di buat namun tidak banyak yang masih bertahan.

Disebut batik remuk karena dalam proses pembuatannya kain, yang telah di beri pemisah warna dengan 'malam' di pukul menggunakan kayu sehingga malam yang telah menutup kain tersebut menjadi pecah atau remuk.

Ismet salah seorang pengrajin batik remuk warga Kecamatan Tirto Pekalongan, Jawa Tengah, masih mempertahankan membuat kerajinan ini. Pembuatan batik ini di kerjakan secara tradisional, tanpa bantuan mesin modern.

Batik remuk tersebut kebanyakan di lukis di atas kain yang berbahan kaos warna putih di beri motif mengunakan pensil. Selanjutnya motif yang sidah jadi tersebut di tutup dengan menggunakan lilin atau malam menggunkan alat yang dinamakan canting.

Proses selanjutnya, yakni batik tersebut di pukul dengan menggunakan kayu sehingga lilin atau malam tersebut pecah. Dari pecahan malam tersebut, menghasilan warna yang khas, seolah olah ada retakan diatas kain.

Setelah diremuk, selanjutnya kain tersebut direbus dengan mengunakan drum yang berisi air panas, dan di celupkan kedalam zat pewarna kain sesuai dengan warna yang diinginkan. Proses pewarnaan ini lebih di kenal dengan pelorotan, selanjutnya kain tersebut di jemur di bawah terik matahari hingga kering.

Kain yang telah kering, kemudian di jahit menggunakan mesin, untuk kemudian di setrika dan di kemas dalam plastik.

Harganya perpotong batik remuk sangat terjangkau, yakni hanya berkisar 25 Ribu sampai 50 Ribu Rupiah perpotongnya. Karena proses yang cukup lama, banyak dari perajin batik enggan menggunakan cara ini. Tidak sedikit perajin batik yang pindah cara instan, yaitu dengan sistem printing.

Ismet, perajin batik remuk, mengatakan, akan terus menggeluti batik tulis remuk, agar tradisi ini tidak hilang.