BERBURU KEPITING DEMI SESUAP NASI



Demi mendapatkan uang belanja setiap harinya, seorang ibu harus bekerja dengan berburu kepiting di kawasan pertambakan di Gresik, Jawa Timur. Profesi ini, sudah dia geluti selama 25 tahun sejak ditinggal mati suaminya.

Adalah Mualimah (55 tahun,) janda satu orang anak, warga Desa Pangkah Wetan, Kecamatan Ujung Pangkah, sudah selama 25 tahun bekerja menjadi seorang pemburu kepiting.

Berbekal jaring, kail dan belut sebagai umpan kepiting, Muallimah, setiap hari menyusuri kawasan pertambakan, dan semak belukar, di sekitar desanya.

Dari hasil jerih payahnya ini, Muallimah bisa mendapatkan penghasilan antara 10 Ribu Rupiah hingga 15 Ribu Rupiah per hari. Penghasilan minim ini di gunakan untuk menghidupi keluarga serta melanjutkan pendidikan anak dan cucuknya.

Sejak ditinggal mati suaminya, 25 tahun lalu, Muallimah bekerja menjadi seorang wanita pemburu kepiting, karena hanya itu yang bisa dia lakukan untuk membesarkan anaknya.

Dalam sehari, rata-rata Muallimah bekerja selama delapan jam. Berangkat dari rumah pukul 07.00 dan kembali pulang ke rumah pukul 15.00. Meski begitu, penghasilannya
tidak menentu, karena bergantung kondisi cuaca.

Kadang dia pulang tidak membawa hasil, karena tidak dapat tangkapan. Jika nasib beruntung, Muallimah mampu memperoleh 4 kilogram kepiting dengan membawa uang sebesar 15 Ribu Rupiah. “Hasil tangkapan tidak menentu tergantung keberuntungan juga”, ujarnya.

Muallimah mengaku terpaksa bekerja memburu kepiting, karena hanya ini, yang bisa dia kerjakan untuk menyambung hidup, dan membesarkan anaknya.

Berburu kepiting, bagi warga yang sebagian besar bekerja menjadi nelayan ini, biasanya dikerjakan kaum laki-laki. Namun, akibat himpitan ekonomi, mendorong janda 1 orang anak ini, nekad menekuninya, semata-mata untuk menyambung hidup dan melanjutkan pendidikan anaknya.